OBAT COVID-19 SUDAH DITEMUKANN??
Pandemi
sudah berakhir??
- part IV -
Untuk melawan covid-19
yang belum juga usai ini, berbagai upaya telah dilakukan. Berbagai macam obat,
tengah diperbincangkan sebagai terobosan dalam menjinakkan virus ini. Beberapa obat antivirus pun masih diuji
keamanan dan keefektifannya, sehingga belum ada obat yang benar-benar
dinyatakan manjur untuk menyembuhkan COVID-19 (Duan et al.,
2020). Namun patut diingat, dunia bukan hanya sekali
dilanda wabah penyakit mematikan yang menyerang system pernapasan. SARS, MERS,
Flu burung, dan hantavirus nyatanya pernah menjangkit penduduk bumi dan
menyebabkan kematian masal.
Saat itu, Plasma darah dari orang yang telah dinyatakan sembuh dijadikan pilihan sebagai salah satu pengobatan yang efektif. Plasma darah yang mengandung antibody tersebut diambil dari pasien yang telah sembuh kemudian diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis. Terapi ini disebut dengan Convalescent Plasma Therapy (CPT). Walaupun bukan berupa obat, terapi ini sangat terkenal akan kegunaannya dalam melawan virus lohh, Penasaran dengan CPT?? Yuk simak bahasan lanjutan berikut ini.
4. Convalescent Plasma
Therapy
(CPT)
Convalescent Plasma Therapy (CPT) merupakan metode yang telah diterapkan pada pencegahan dan pengobatan banyak penyakit menular selama lebih dari satu abad. Selama dua dekade terakhir, CPT berhasil digunakan dalam pengobatan Spanish Influenza (H1N1) pada tahun 1915-1917, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) di tahun 2003, Pandemic 2009 Influenza (H1N1), Avian Influenza (H5N1), beberapa kasus demam berdarah seperti Ebola dengan kemanjuran dan keamanan yang memuaskan (Duan et al., 2020). Convalescent plasma pertama kali dikembangkan oleh Dr. Josep Antoni Grifols Lucas pada tahun 1950 dan 1951.
Lembaga Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan terapi transfer plasma ini dilakukan pada kasus COVID-19 mengingat tingkat keberhasilan yang cukup tinggi (Rajendran et al., 2020). Terlepas dari itu semua, convalescent plasma atau teknik transfer plasma ini tidak dapat dilakukan pada sembarang orang, terdapat kriteria yang terlu dipenuhi oleh pendonor maupu resipien. Kriteria tersebut antara lain berusia 18-55 tahun, tidak memiliki riwayat penyakit yang dapat ditularkan melalui darah, memiliki berat badan tidak lebih dari 50 kilogram, sedang berada pada kondisi dapat mendonorkan darahnya, serta pernah dinyatakan positif COVID-19 dan melalui masa penyembuhan yang cepat (kurang dari 3 minggu). Kemudian kedua pihak dinyatakan aman setelah uji tes alergi untuk menghindari terjadinya reaksi fatal setelah prosedur diberikan.
Banyak sekali keuntungan yang didapatkan dengan melakukan convalescent plasma. Seperti yang disampaikan oleh dr Theresia Monica R., Sp.AN., KIC., MSi., ahli genetika dan biologi molekular Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, dalam sebuah acara bertajuk “Terapi Plasma Darah Solusi Pengobatan COVID-19”. Beliau menyebutkan bahwa convalescent plasma sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan dari COVID-19. Proses convalescent plasma yang mudah dan cepat berdampak pada segi biaya yang ditanggung oleh pasien dan keluarga. convalescent plasma jika diberikan pada pasien yang sudah terpasang ventilator atau terintubasi dapat pulih lebih cepat, 14-21 hari. Sedangkan pada pasien yang belum terintubasi dan belum masuk ICU, convalescent plasma dapat mencegah masuknya pasien ke ICU dan dapat meringankan beban biaya perawatan. Selain itu, beban kerja tenaga kesehatan pula akan berkurang karena efek instan yang ditawarkan oleh terapi convalescent plasma.
Proses convalescent plasma kurang lebih sama dengan plasmapharesis atau prosedur transfuse darah sejenis, sehingga efek samping yang mungkin saja dijumpai tidak akan berbeda jauh dengan prosedur tersebut. Dr. Monica menjelaskan bahwa kenaikan suhu sesaat dan kemerahan pada kulit wajar terjadi pada proses transfuse darah atau prosedur lainnya yang sejenis termasuk convalescent plasma. Hal ini akan terjadi tidak lama setelah prosedur selesai diberikan, tetapi akan kembali pulih dengan cepat tanpa ada perburukan mengingat screening awal yang dilakukan sangat ketat, kedua pihak baik pendonor maupun resipien harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan sehingga terhindar dari reaksi fatal. Convalescent plasma dapat dijadikan terapi pendukung dan aman dilakukan bersamaan dengan pengobatan lainnya. Tentu disesuaikan dengan kriteria dan standar proseduralnya.
Referensi
- Farmasetika.com (Juni, 2020). Mengenal Remdesivir, Efektif Basmi Beragam Betha-Coronavirus, Termasuk Virus Covid-19. Diakses pada 24 Juni dari https://farmasetika.com/2020/06/20/mengenal-remdesivir-efektif-basmi-beragam-%ce%b2-coronavirus-termasuk-virus-covid-19/
- FDA.Gov (Juni, 2020). Fact Sheet for Patients and Parents/Caregivers : Emergency Use Authorization (EUA) of Remdesivir for Coronavirus Disease 2019. Diakses pada 24 Juni dari https://www.fda.gov/media/137565/download
- Kompas.com (Juni, 2020) . Deretan Obat yang Diklaim Efektif untuk Covid-19, dari Dexamethasone hingga Hidroksiklorokuin. Diakses pada 24 Juni dari https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/18/060500465/deretan-obat-yang-diklaim-efektif-untuk-covid-19-dari-dexamethasone-hingga?page=all
- MedicineNet.com (2020). Remdesivir (RDV) : Experimental Antiviral for Coronavirus (Covid-19). Diakses pada 24 Juni dari https://www.medicinenet.com/remdesivir_rdv_ebola_covid19_coronavirus_trial/article.htm#what_is_remdesivir_rdv
- National Center for Biotechnology Information. PubChem Database. Remdesivir, CID=121304016, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/121304016 (diakses pada 24 Juni 2020)
- Wang, M., Cao, R., Zhang, L., Yang, X., Liu, J., Xu, M., … & Xiao, G. (2020). Remdesivir and chloroquine effectively inhibit the recently emerged novel coronavirus (2019-nCoV) in vitro. Cell research, 30(3), 269-271
- Yan Gao., Liming Yan., Yucen Huang., Fengjiang Liu., Yao Zhao., Lin Cao. (2020). Structure of the RNA-dependent RNA polymerase from COVID-19 Virus. ScienceMag Report, Vol. 368, Issue 6492, pp. 779-782.
- Nursastri, S. A. (2020, Juni 24). Disebut Efektif Obati Covid-19, WHO Minta Produksi Dexamethasone Ditambah. Retrieved from kompas.com: https://www.kompas.com/sains/read/2020/06/24/130400023/disebut-efektif-obati-covid-19-who-minta-produksi-dexamethasone-ditambah
- Wicaksono, P. E. (2020, Juni 19). Cek Fakta: Dexamethasone Obat Covid-19? Simak Faktanya. Retrieved from liputan6.com: https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4283482/cek-fakta-dexamethasone-obat-covid-19-simak-faktanya
- Farmasi. (2019, Juli 8). Dexamethasone Promed. Retrieved Juni 28, 2020, from Farmasi-id.com: https://www.farmasi-id.com/dexamethasone-promed/
- Dokter Reisa: Dexamethasone Bukan Penangkal COVID-19. (2020, Juni 19). Retrieved Juni 28, 2020, from Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19: https://covid19.go.id/p/berita/dokter-reisa-dexamethasone-bukan-penangkal-covid-19
- RI, BPOM. (2015). Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan. Retrieved Juni 27, 2020, from DEKSAMETASON http://pionas.pom.go.id/cari/konten/dexamethasone
- Ramamoorthy, S. 2017. Corticosteroids-Mechanisms of Action in Health and Disease. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4662771/
- Drugbank. 2020. Dexamethasone. Retrieved from https://www.drugbank.ca/drugs/DB01234#reference-A187463
- Yang, Z., Liu, J., Zhou, Y., Zhao, X., Zhao, Q., & Liu, J. (2020). The effect of corticosteroid treatment on patients with coronavirus infection: a systematic review and meta-analysis. Journal of Infection, 81, 13–20. https://doi.org/10.1016/j.jinf.2020.03.062
- Kementerian Kesehatan RI. (2020, Juni 19). PENGGUNAAN DEXAMETHASONE HARUS SESUAI ANJURAN DOKTER. Retrieved from: https://www.kemkes.go.id/pdf.php?id=20062000002
- Ridho, Mohammad Rosyid. 2010. Pengaruh Pemberian Deksametason Dosis Bertingkat Per Oral 30 Hari Terhadap Kerusakan Tubulus Ginjal Tikus Wistar. Diakses pada 29 Juni 2020 dari http://eprints.undip.ac. id/23606/1/Moh ._Rosyid.pdf
- Instianty. 2020. Kajian Farmakoterapi Pengobatan COVID-19 (Favipiravir, Klorokuin, Oseltamivir). Diakses tanggal 29 Juni 2020 dari Perhimpunan Dokter Spesialis Farmakologi dan Klinik Indonesia (PERDAFKI).
- Alanagreh, Lo'ai & Alzoughool, Foad & Atoum, Manar. (2020). Risk of using hydroxychloroquine as a treatment of COVID-19. The International journal of risk & safety in medicine. 1-6. 10.3233/JRS-200024.
- Drugbank. 2020. Hydroxychloroquine. Retrieved from https://www.drugbank.ca/drugs/DB01611
- Farmasetika. (2020, Juni). BPOM : Klorokuin dan Hidroksiklorokuin Tetap Sebagai Obat COVID-19. Retrieved Juni 28, 2020, from Majalah Farmasetika: https://farmasetika.com/2020/06/03/bpom-klorokuin-dan-hidroksiklorokuin-tetap-sebagai-obat-covid-19/?_gl=1*9a1toa*_ga*YW1wLXpsSXRPUEF3VXZaTFlSLVZwN05CVkJyaG00d0ROSF9BdUsyTWY4QzNYbVpleFNhZTY2OUdjc0tSVTR6ZnVfTHg
- BPOM. (2020, Juni 3). Penjelasan Badan POM RI Tentang Informasi Keamanan Penggunaan Klorokuin dan Hidroksiklorokuin Pada Penyakit New Corona Virus 2019 (Covid19). Retrieved Juni 28, 2020, from Badan POM: https://pom.go.id/new/view/more/klarifikasi/115/PENJELASAN-BADAN-POM-RI-TENTANG-INFORMASI-KEAMANAN-PENGGUNAAN-KLOROKUI-DAN-HIDROKSIKLOROKUIN-PADA-PENYAKIT-NEW-CORONA-VIRUS-2019-COVID-19-.html
- Anggraini, A. P. (2020, Mei 21). Diklaim Bisa Atasi Covid-19, Hydroxychloroquine Punya Efek Samping Serius. Retrieved from kompas.com: https://health.kompas.com/read/2020/05/21/200000168/diklaim-bisa-atasi-covid-19-hydroxychloroquine-punya-efek-samping-serius?page=all
- Duan, K., Liu, B., Li, C., Zhang, H., Yu, T., Qu, J., Zhou, M., Chen, L., Meng, S., Hu, Y., Peng, C., Yuan, M., Huang, J., Wang, Z., Yu, J., Gao, X., Wang, D., Yu, X., Li, L., … Yang, X. (2020). Effectiveness of convalescent plasma therapy in severe COVID-19 patients. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 117(17), 9490–9496. https://doi.org/10.1073/pnas.2004168117
- Rajendran, K., Narayanasamy, K., Rangarajan, J., Rathinam, J., Natarajan, M., & Ramachandran, A. (2020). Convalescent plasma transfusion for the treatment of COVID-19: Systematic review. Journal of Medical Virology, 0–3. https://doi.org/10.1002/jmv.25961
No comments:
Post a Comment