OBAT COVID-19 SUDAH DITEMUKAN??
Pandemi sudah berakhir??
- part
II -
Pandemi Covid-19 yang dimulai sejak akhir
tahun 2019 sampai pertengahan tahun 2020 ini masih belum saja selesai. Berbagai
upaya telah dilakukan oleh pemerintah baik nasional maupun internasional untuk
menghentikan persebaran virus tersebut, salah satunya adalah dengan
pengembangan obat untuk melawan virus Covid-19. Benarkah sudah ada obat yang dapat menyembuhkan covid-19??
Apa saja obat tersebut?? Yuk simak bahasan lanjutan berikut ini!
2. Dexamethasone
Dexamethasone adalah obat antiinflamasi untuk mengobati
berbagai reaksi alergi, seperti rheumatoid arthritis dan asma. Dexamethasone sendiri adalah sejenis obat
steroid yang sudah digunakan sejak 1960-an.
Hasil penelitian oleh para
peneliti dari University of Oxford terhadap para pasien Covid-19 di Inggris
menunjukkan dexamethasone disebut efektif untuk mengobati pasien Covid-19 dalam
kondisi kritis. WHO pun telah
merekomendasikan obat ini, dengan catatan hanya untuk pasien covid 19 dengan
gejala berat, kritis, membutuhkan ventilator dan bantuan pernafasan. Namun
perlu diingat, bahwa pada penggunaannya, Dexamethasone harus menggunakan
resep dokter. Walaupun harganya relatif murah namun tidak bisa sembarang orang
mengkonsumsi atau menghentikan konsumsi obat ini bagi pasien jangka panjang.
Sebagaimana kita ketahui, dexamethasone
merupakan jenis obat kortikosteroid. Kortikosteroid adalah kelas hormon steroid
yang dilepaskan oleh korteks adrenal, yang meliputi glukokortikoid dan
mineralokortikoid. Namun, istilah "kortikosteroid" umumnya digunakan
untuk merujuk pada glukokortikoid (Ramamoorthy, S. 2017).
Efek jangka pendek dari
kortikosteroid adalah penurunan vasodilatasi dan permeabilitas kapiler, serta
penurunan migrasi leukosit ke tempat-tempat peradangan. Kortikosteroid yang
berikatan dengan reseptor glukokortikoid memediasi perubahan ekspresi gen yang
menyebabkan beberapa efek selama beberapa jam hingga beberapa hari.
Glukokortikoid juga dapat menghambat apoptosis
dan demarginasi neutrophil, menghambat fosfolipase A2, mengurangi pembentukan
turunan asam arakidonat, hingga menghambat NF-Kappa B dan faktor-faktor
transkripsi inflamasi lainnya. Oleh karena itu, dosis yang rendah dari
kortikosteroid memberikan efek anti-inflamasi, sementara dosis yang lebih
tinggi bersifat imunosupresif.
Itulah sebabnya pasien yang menerima kortikosteroid mempunyai
peluang lebih besar terhadap infeksi bakteri karena efeknya sebagai
imunosupresi. Analisis menemukan bahwa pasien yang menerima terapi obat
golongan kortikosteroid ini mengalami beberapa efek samping serius seperti
infeksi bakteri dan hipokalemia (Yang et al., 2020). Sehingga tetaplah obat
jenis ini hanya dibolehkan dalam pengawasan dokter dan dilakukan di fasilitas
yang siap melayani apabila terjadi efek samping. (Kementerian Kesehatan RI,
2020).
Selain itu, adapun
hal lain yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan dexamethasone, yaitu
penggunaannya ketika digunakan bersama obat lain. Berikut merupakan
keterangannya, yang diambil dari artikel yang ditulis oleh Mohammad Rosyid
Ridho tahun 2010.
Lantas, bisakah pandemi ini dianggap
selesai dengan adanya obat ini???
No comments:
Post a Comment