Mengulik Boba dari Segi Kesehatan

  

        Beberapa waktu yang lalu, muncul berita yang kini viral tentang seorang remaja berumur 14 tahun dari Cina yang mengeluh sakit perut, tidak dapat makan, dan konstipasi selama 5 hari. Setelah dilakukan pemeriksaan pindaian tomografi (CT Scan), dokter menangkap citra berbentuk bayangan bola-bola yang tidak biasa dengan jumlah sekitar 100 buah. Butiran bola-bola tersebut sudah dikonfirmasi oleh dokter sebagai bubble yang tak dapat dicerna dengan baik oleh perut gadis remaja ini.


Sumber: Artikel “Chinese girl suffers constipation for 5 days. The cause? Bubble tea pearls

Publikasi Asiaone.com


Terlihat pada gambar bahwa Bubble tersebut menyebar serta menumpuk di bagian usus hingga rektum, menyebabkan remaja perempuan ini mendapatkan sinyal dari perutnya yang penuh bahwa ia kenyang. Sehingga, gadis remaja ini tidak bisa makan karena tidak mendapat sinyal untuk makan dari perutnya.

Selain itu, akibat komposisi bubble yang mengandung tapioca sebagai bahan utamanya, membuat bubble ini sulit untuk dicerna, JIKA… teman-teman mengonsumsinya dalam jumlah yang banyak.

Boba atau yang seringkali dikenal sebagai bubble, tapioca pearls, tapioca bubble, memiliki salah satu bahan yaitu tapioka. Tapioka merupakan pati yang diekstrak dari akar singkong. Tapioka mengandung karbohidrat, sedikit protein, dan serat. Sebutan lain dari tapioca adalah pati resisten, yang berarti zat yang tetap bertahan/tidak hancur saat dicerna serta memiliki fungsi yang sama seperti serat di dalam sistem pencernaan. Walaupun tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan, zat pati resisten ini menjadi ‘makanan’ oleh bakteri baik (flora) yang ada di dalam sistem pencernaan.

Ketika boba masuk ke dalam sistem pencernaan, pertama kali akan disambut dengan dorongan gerakan peristaltic pada sistem pencernaan bagian atas. Kemudian masuk ke lambung selama 3 jam, dan akan diteruskan ke usus. Berakhir hingga di dalam usus besar, untuk makanan lain, akan larut dihancurkan oleh enzim, namun tidak dengan mudahnya untuk Boba ini. Boba akan tetap dalam bentuk utuh, yang kemudian hanya dapat dihancurkan oleh bakteri baik (flora) sebagai makanannya yang ada di dalam usus besar.

 

Terus, di mana letak bahayanya mengonsumsi Boba sih?

        Setelah mengetahui tentang kasus gadis perempuan Cina tersebut dan bagaimana Boba dicerna di dalam sistem pencernaan kita, sebenarnya letak bahayanya Boba ketika apa sih?

  • Dapat menyebabkan choking  atau tersedak (jika dikonsumsi dengan cara yang kurang tepat)

        Dilansir dari Worldfbuzz, ditemukan seorang remaja 19 tahun yang mengalami kesulitan bernafas. Tangannya mulai berubah menjadi kehitaman, yang menandakan adanya kekurangan oksigen. Didapatkan bahwa sebelumnya ia mengonsumsi bubble tea, dan mengalami kesulitan saat menyedotnya melalui sedotan. Kemudian karena boba yang tersendat di dalam sedotan, ia coba paksa sedot dengan tekanan yang cukup keras, akhirnya boba yang ia konsumsi menutupi jalan nafasnya, yang menyebabkan ia tersedak. Boba tersebut menyangkut tepatnya di bagian trakea. Dokter sempat memberikan Bantuan Hidup Dasar ketika ia sampai di rumah sakit. Namun, kenyataan pahitnya, ia tidak dapat diselamatkan.

  • Menyebabkan konstipasi

        Dikarenakan bubble terbuat dari tapioca yang merupakan zat pati resisten, maka menjadi sulit untuk dicerna secara sederhana oleh sistem pencernaan. Bubble hanya akan hancur ketika dimakan oleh bakteri baik (flora) yang ada di dalam usus besar. Ketika sobat mengonsumsi bubble dalam porsi yang berlebihan, bayangkan betapa banyaknya boba yang berdiam di dalam sistem pencernaan sobat menunggu untuk dihancurkan oleh bakteri baik (flora) yang ada di dalam sistem pencernaan sobat.

  • Diabetes Tipe 2

        Minuman boba dikategorikan dalam jenis minuman yang bernama sugar-sweetened beverages atau minuman dengan pemanis tambahan. Sugar-sweetened beverages adalah jenis minuman yang dimaniskan menggunakan gula tambahan dengan berbagai bentuk. Satu cup minuman boba seukuran 16 oz dinyatakan melebihi batas asupan gula tambahan yang sebelumnya direkomendasikan oleh US Dietary Guideline Advisory Committee pada tahun 2015. Penelitian menjelaskan bahwa seiring dengan meningkatnya konsumsi minuman dengan pemanis tambahan atau dalam hal ini minuman boba berhubungan dengan meningkatnya risiko diabetes tipe 2.

 

Jadi, apa yang harus dilakukan untuk menghindari bahaya tersebut?

  • Minum langsung dari cup bubble tea, tanpa menggunakan sedotan atau menggunakan sedotan yang lebih besar dari ukuran boba

        Untuk menghindari tersedak, sobat PNC perlu memerhatikan media yang digunakan untuk menyantap boba, nih… sobat bisa menggunakan sedotan dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran boba, agar tidak kesulitan untuk menyedot boba dari cup, sehingga terhindar dari risiko tersedak. Atau sobat juga bisa menyantap boba dengan meminumnya langsung dari cup.

  • Mengunyah boba, tidak langsung ditelan!
  • Membatasi konsumsi minuman dengan pemanis tambahan

         Mengonsumsi lebih dari satu kali minuman yang mengandung sugar-sweetened (atau pemanis tambahan) dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebanyak 26%, dibandingkan dengan mengonsumsi tidak lebih dari 1 kali dalam sebulan (Malik, 2010). WHO kemudian merekomendasikan kepada masyarakat untuk membatasi asupan gula sejumlah tidak lebih dari 10% kebutuhan energi. Sederhananya lagi, American Heart Association menyatakan untuk wanita amerika tidak lebih dari 100 kalori/hari (6 sendok teh) dan untuk pria amerika tidak lebih dari 150 kalori/hari (9 sendok teh). Sedangkan, untuk di Indonesia, Kementrian Kesehatan RI merekomendasikan bahwa maksimal asupan gula tidak lebih dari 50 gram/hari atau sejumlah 4 sendok makan.






REFERENSI

Malik, V. S., Popkin, B. M., Bray, G. A., Despres, J.-P., Willett, W. C., & Hu, F. B. (2010). Sugar-Sweetened Beverages and Risk of Metabolic Syndrome and Type 2 Diabetes: A meta-analysis. Diabetes Care, 33(11), 2477–2483. doi: 10.2337/dc10-1079

Min, J. E., Green, D. B., & Kim, L. (2016). Calories and sugars in boba milk tea: implications for obesity risk in Asian Pacific Islanders. Food Science & Nutrition, 5(1), 38–45. doi: 10.1002/fsn3.362

Tai, R. (2019, July 14). A Chinese Girl Choked and Died on 3 Boba Pearls After They Shot into Her Airway from Sucking Too Hard. Retrieved from https://www.worldofbuzz.com/chinese-girl-choked-died-3-boba-pearls-shot-airway-sucking-hard/

USDA. (2015). Scientific report of the 2015 Dietary Guidelines Advisory Committee: advisory report to the Secretary of Health and Human Services and the Secretary of Agriculture. Washington, D.C.

David. (2019). 喝珍珠奶茶 少女惨被噎死朋友家. Retrieved from http://news.seehua.com/?p=464336&fbclid=IwAR1HiI2spN0YZdBV3sHbwTIFvzEyVVgcIQnGGNOY3cFB627VehDbEd_TzQ

No comments:

Post a Comment

Get in Touch

Feel free to drop us a line to contact us
  • ContactOfficial Account
  • AddressJl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Gedung L2 Lt.3 Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor
  • Emailpnc.unpad@gmail.com

Pages