Shallow Water Blackout (Mengenal Kegawatdaruratan yang Berasal dari Kesenangan)

Hai fella… 

     Pada situasi yang mengharuskan melakukan serba kegiatan dirumah, lama-lama membuat bosan. Sebelum pandemi memenjara kita untuk #dirumahsaja, banyak kegiatan yang bisa dilakukan bersama teman-teman diakhir pekan. Salah satunya berenang, wahh menyenangkan dan sangat menyegarkan. Coba ingat-ingat, setiap berenang pasti ada permainan yang rasanya wajib dilakukan, bertaruh siapa yang bisa menahan napas paling lama atau bertaruh siapa yang bisa mencapai ujung kolam lebih dulu. Sangat menyenangkan, bisa dengan bangga muncul dipermukaan paling akhir atau bisa mencapai ujung kolam lebih dulu dan menertawakan teman yang tertinggal dibelakang. Tapi, sebenarnya hal menyenangkan itu bisa berujung pada kegawatdaruratan bahkan kematian. Lho, kenapa? Kok bisa? 

Ayo, kita bahas! 

     Peristiwa itu dinamakan Shallow water blackout atau umum dikenal dengan istilah tenggelam. Peristiwa ini sering terjadi baik pada perenang pemula bahkan perenang professional yang sedang dalam kondisi bugar dan baik-baik saja. Shallow water blackout disebabkan karena hiperventilasi yang berujung pada hipoksia dan penurunan kesadaran (Bart & Lau, 2020; Brothers, n.d.; Royal Life Saving - Shallow Water Blackout, n.d.). 

Apa itu hiperventilasi dan hipoksia? 

     Hiperventilasi adalah kondisi ketika tubuh terlalu banyak oksigen dan karbondioksida yang rendah. Karbondioksida dalam tubuh merangsang bagian otak agar memberikan refleks tidak sadar untuk bernapas. Sedangkan hipoksia adalah keadaan tubuh yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen terutama ke otak. 

Okay tahan sebentar. Ayo kita bahas lebih detail mekanisme terjadinya shallow water blackout. 

    Sebelum memulai berenang atau menahan napas dalam air, kita akan refleks menarik napas sebanyak mungkin dengan prinsip “biar kuat tahan napas lama” atau “biar kuat renang sampai ujung”. Tindakan tersebut mampu membuat oksigen dalam tubuh meningkat dan karbondioksida menurun, alhasil refleks untuk bernapas secara spontan menurun ditambah lagi dengan upaya menahan napas sampai melampaui batas aman (memaksakan menahan napas). 

     Awalnya, oksigen dalam tubuh lebih banyak dibanding karbondioksida. Namun, karena refleks bernapas spontan menurun dan terus memaksakan menahan napas, oksigen dalam tubuh perlahan-lahan berkurang. Peristiwa inilah yang dinamakan hipoksia. Kadar oksigen dalam tubuh berkurang termasuk di otak. Otak sebagai organ yang mengendalikan semua organ dalam tubuh dan organ yang mengendalikan kesadaran kita mendapat pasokan energi dari oksigen, jika pasokan oksigen berkurang apa yang akan terjadi? Yaps, penurunan kesadaran atau pingsan. 

    Penurunan kesadaran atau pingsan membuat semua otot dalam tubuh melemas, maka upaya menahan napas juga akan perlahan melemas. Alhasil, air akan masuk kedalam paru-paru dan mengisi setiap rongga paru-paru, mengganggu proses oksigen dan karbondioksida bertukar tempat bahkan saat korban telah dibawa ke atas permukaan. 

Terus apa yang bisa dilakukan kalau sudah begitu?

    Pertolongan segera dengan memberikan kompresi bertujuan untuk mengembalikan kembali fungsi jantung dan paru-paru korban dapat memberikan harapan hidup bagi korban. 

Oh yang sering ada di film dan drama itu ya? 

     Kurang lebih, iya. Namun, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk bisa melakukan tindakan tersebut. Jika kamu ragu melakukan tindakan tersebut, meminta bantuan orang sekitar atau memanggil ambulan dan menjelaskan kronologis kejadian akan lebih membantu. 

Ah, itu kan kalau berenang ditempat dalam, kalau ditempat yang lebih dangkal pasti lebih aman.

   Menurut (Bart & Lau, 2020) kejadian shallow water blackout kerap terjadi diperairan dalam dengan tekanan yang besar, tapi bukan berarti hal itu membuat kita menyepelekan perairan yang lebih dangkal. Pendapat tersebut diperkuat dengan beberapa temuan dari website komunitas Shallow Water Blackout Prevention, yang merekap setiap kasus kejadian Shallow Water Blackout ditemukan bahwa tidak sedikit korban yang mengalami kasus ini terjadi di kolam renang, sungai, danau, atau bahkan bak mandi. 

Mencegah lebih baik daripada mengobati, Jadi sepertinya beberapa tips ini bisa membantu kita terhindar dari Shallow water blackout.

1.  Jangan sengaja melakukan hiperventilasi (menarik napas pendek, menampung oksigen lebih banyak).

2. Jangan pernah mengabaikan keinginan untuk bernapas Jangan pernah berenang sendirian.

3. Jangan pernah memainkan permainan yang menahan napas.

4. Jangan berenang berulang tanpa menarik napas terlebih dahulu. 

    Bermain air atau berenang merupakan kegiatan yang menyenangkan, tapi jika kurang adanya kesadaran untuk menerapkan setiap protokol keselamatan diri tentu akan berujung pada ketidakamanan diri. Kesadaran itu sendiri tumbuh saat kita tahu seberapa hal itu penting dan sepaham apa kita akan kejadian tersebut. Semoga kita tetap diberikan keselamatan. Stay safe and health, fella. 

DAFTAR PUSTAKA

Bart, R. M., & Lau, H. (2020). Shallow Water Blackout. StatPearls.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554620/ 

Brothers, A. (n.d.). Shallow Water Blackout. Swimming Canada National. Retrieved October 8, 2020, from https//www.swimming.ca/content/uploads/2018/12/shallow-water-blackout.pdf 

Royal Life Saving - Shallow Water Blackout. (n.d.). Australian Government. Retrieved October 8, 2020, from https://www.royallifesaving.com.au/__data/assets/pdf_file/0009/4005/RLS_FactSheet_23HR_updated07Sep16.pdf 

Shallow Water Blackout Prevention. (n.d.). Retrieved October 8, 2020, from http://www.shallowwaterblackoutprevention.org/about-swb

No comments:

Post a Comment

Get in Touch

Feel free to drop us a line to contact us
  • ContactOfficial Account
  • AddressJl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Gedung L2 Lt.3 Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor
  • Emailpnc.unpad@gmail.com

Pages