Siap Siaga Kurangi Risiko Gempa
https://images.app.goo.gl/MGuH3ESWZtt8FstB6
Menurut ESDM, gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Indonesia merupakan salah satu negara yang berisiko tinggi mengalami bencana gempa bumi. Hal ini karena Indonesia merupakan tempat bertemunya 3 lempeng tektonik besar, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik sehingga terbentuknya deretan gunung api di sepanjang Asia-Pasifik yang disebut sebagai ring of fire atau deret sirkum pasifik (BPNPB, 2016). Di bawah permukaan ring of fire ini, terjadi pergerakan tektonik yang mengarah ke zona subduksi sehingga lempeng tektonik yang satu terdorong ke bawah lempeng tektonik lainnya yang menyebabkan sering terjadi gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api, dsb (Techniques for Disaster Management, 2024).
Dalam 10 tahun terakhir, kejadian bencana di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2023, Indonesia mengalami 5.400 bencana dengan bencana tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat sebanyak 844 bencana (Rosyida et al., 2024). Selain itu, Jawa Barat juga menjadi Provinsi yang mengalami gempa bumi terbanyak di antara provinsi lainnya, yaitu sebanyak 37 kali selama tahun 2023 (BPBD, n.d.; Rosyida et al., 2024). Tingginya kejadian gempa ini menyebabkan sebanyak 5.372 orang jiwa terdampak, 2.517 rumah rusak ringan, 582 rumah rusak sedang, dan 175 rumah rusak berat (BPBD, n.d.). Angka yang tinggi ini terjadi karena Jawa Barat merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi sedang hingga tinggi.
Fenomena gempa bumi penting untuk diwaspadai karena dampaknya luas dan tidak berpusat pada 1 daerah saja. Salah satu gempa bumi merusak yang dirasakan yaitu gempa bumi di Sumedang pada 31 Desember 2023 dengan kekuatan 4.8 M dan menyebabkan 100 rumah rusak berat dan 138 rumah rusak ringan dengan 3 warga mengalami luka-luka dan 1.000 warga mengungsi (Kriswinarso et al., 2024). Tidak hanya menyebabkan kerusakan di Sumedang, gempa bumi ini juga menyebabkan kerusakan rumah-rumah dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Bandung (BMKG, 2024). Oleh karena itu, risiko dampak yang dihasilkan gempa bumi terjadi pada masyarakat luas.
Untuk mengurangi risiko yang dihasilkan, penting bagi setiap individu untuk beradaptasi dengan risiko bencana yang ada, yaitu dengan meningkatkan kesiapsiagaan bencana karena sudah menjadi keharusan bagi setiap orang memahami dan bertanggung jawab tentang kesiapsiapsiagaan (Sasmito & Ns, 2023; Susanti et al., 2014). Salah satu kunci selamat dari gempa dan mengurangi risiko cidera yaitu dengan melakukan perencanaan, persiapan, dan latihan dalam menghadapi bencana gempa bumi (CDC, 2024). Dengan demikian, kesiapsiagaan menjadi peran penting untuk meminimalisir dampak bencana gempa bumi.
Kesiapsiagaan bencana adalah serangkaian tindakan yang diambil sebelum terjadinya bencana untuk mengurangi risiko, meminimalkan dampak, dan memastikan respons yang efektif (BPBP, 2024). BNPB telah membuat petunjuk kesiapsiagaan yang dapat dilakukan ketika terjadi gempa bumi. Kesiapsiagaan ini dibagi menjadi 3, yaitu pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana.
Pra-Bencana
Perencanaan
Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi terjadi.
Mengikuti pelatihan
Melakukan latihan dalam menghadapi reruntuhan saat gempa bumi, seperti merunduk, perlindungan terhadap kepala, berpengangan ataupun dengan sembunyi di bawah meja.
Menyiapkan first aid kit
Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan persediaan obat-obatan.
Rumah tahan gempa
Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa bumi dengan fondasi yang kuat serta merenovasi bangunan yang sudah rentan
Analisis risiko
Memperhatikan daerah yang rawan gempa bumi dan aturan seputar penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah
Saat Bencana
di rumah, sekolah, atau bangunan:
Berlindung di bawah meja
Saat guncangan terasa, upayakan keselamatan diri dengan berlindung di bawah meja, lindungi kepala dengan bantal atau helm, atau berdirilah di bawah pintu. Jika sudah terasa aman, segera lari keluar
Matikan peralatan masak dan listrik
Jika sedang memasak, matikan kompor serta mencabut dan mematikan semua peralatan yang menggunakan listrik untuk mencegah terjadinya kebakaran
Diam di sudut ruangan
Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada sudut bangunan
Lindungi kepala
Bila keluar rumah, perhatikan adanya kemungkinan pecahan kaca, genteng, atau material lain dengan tetap melindungi kepala
Hindari penggunaan lift
Jangan gunakan lift saat terjadi guncangan, gunakan tangga darurat untuk evakuasi keluar bangunan
Diam di tempat terbuka
Saat di luar ruangan, pergi ke lapangan terbuka, jangan berdiri di dekat tiang, pohon, sumber listrik, atau gedung yang mungkin roboh
Di dalam mobil:
Saat terjadi gempa bumi besar, waspada terhadap kehilangan kontrol kemudi mobil
Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil di bahu jalan, dan berhentilah
Ikuti instruksi dari petugas berwenang dengan memperhatikan lingkungan sekitar atau melalui alat komunikasi lainnya seperti radio atau gawai
Pasca-Bencana
Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan
Tetap berada di bawah meja
Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang kuat
Evakuasi diri setelah gempa
Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri setelah gempa bumi berhenti dengan memperhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang membahayakan pada saat evakuasi
Periksa apakah ada api dan potensi terjadinya kebakaran
Berdirilah di tempat terbuka yang jauh dari gedung dan instalasi listrik dan air
Tetap berada di dalam mobil
Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di dalam mobil dan hindari berhenti di bawah atau di atas jembatan, serta rambu-rambu lalu lintas
Langkah-langkah di atas dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi bencana. Sehingga, dampak dan risiko yang terjadi akibat gempa bumi dapat diminimalisir. Karena itu, kita perlu ikut andil menyebarluaskan informasi ke berbagai lapisan masyarakat. Semakin banyak masyarakat mengetahui langkah pencegahan, semakin baik pula penanggulangan bencana yang dilakukan ke depannya.
Referensi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2016). Disasters Risk of Indonesia. International Journal of Disaster Risk Science, 22. https://doi.org/10.1007/s13753-018-0186-5
BPBD. (n.d.). Barata: Jawa Barat Berbudaya Tangguh bencana. Retrieved September 4, 2024, from https://barata.jabarprov.go.id/front/info_grafis/?start=2023-01-01&to=2023-12-31&aksi=cari
CDC. (2024). Preparing for Earthquakes. https://www.cdc.gov/earthquakes/safety/index.html
Frege, I. A., Bliecke, V., Bradshaw, S., Dijkzeul, D., Funke, C., Kienzl, P., Kusters, K., Masuch, L., Nasreen, M., Radtke, K., Schneider, S., Thielborger, P., Weller, D., Wiegers, O., Yaman, D. K., & Zennig, K. (2023). WorldRiskReport 2023.
Jabar, P. (2024). GEMPA BUMI, Hasil Pemutakhiran Penanganan, 41 Desa dan 11 Kecamatan di Kabupaten Bandung dan Garut Terdampak. https://jabarprov.go.id/berita/gempa-bumi-hasil-pemutakhiran-penanganan-41-desa-dan-11-kecamatan-di-kabupaten-bandung-15433
Karyana, Y. (2024). ANALISIS GEOLOGI KEJADIAN GEMPA BUMI MERUSAK TANGGAL 18 SEPTEMBER 2024 DI KABUPATEN BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT. https://vsi.esdm.go.id/kajian-kejadian/analisis-geologi-kejadian-gempa-bumi-merusak-tanggal-18-september-2024-di-kabupaten-bandung-provinsi-jawa-barat
Rosyida, A., Aziz, M., Firmansyah, Y., Setiawan, T., Pangesti, K. P., & Kakanur, F. (2024). Buku Data Bencana Indonesia 2023. 3, 3–11.
Sasmito, N. B., & Ns, P. (2023). Faktor Hubungan Kesiapsiagaan Keluarga dalam Menghadapi Dampak Bencana. Journal of Education Research, 4(1), 81–91. https://doi.org/10.37985/jer.v4i1.129
Susanti, R., Sari, A., Milfayetty3, S., & Dirhamsyah, M. (2014). Hubungan Kebijakan, Sarana Dan Prasarana Dengan Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah Siaga Bencana Banda Aceh. Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA), 1(1), 42–49. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JIKA/article/viewFile/2472/2326
Techniques for Disaster Management (Issue August). (2024).
No comments:
Post a Comment