Kombinasi Warfarin dengan Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid Meningkatkan Resiko Perdarahan Saluran Pencernaan


Oleh: Ajeng Andini Sutisnu ㅡ Education Department 

Saat ini, kita tidak asing lagi dengan istilah silent killer atau penyakit kardiovaskular yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah seperti payah jantung, stroke dan hipertensi. Berdasarkan data yang diambil dari Infodatin Kemenkes tahun 2014 mengenai Situasi Kesehatan Jantung di Indonesia, pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit jantung. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian “dini” yang disebabkan oleh penyakit jantung terjadi berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah.

Berbagai metode medis telah dilakukan sebagai upaya mengurangi resiko lebih lanjut dari penyakit kardiovaskular tersebut. Salah satu metode yang digunakan adalah penggunaan obat pembeku darah seperti warfarin. Warfarin adalah obat yang digunakan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah, seperti infark miokardium (serangan jantung) dan stroke iskemik (penyumbatan aliran darah ke otak). Menurut Sun, et.al (2006), kadar warfarin dalam darah sangat membantu untuk menentukan retensi pembekuan darah dan ketidakpatuhan pasien.  Namun, warfarin juga memiliki kelemahan berupa rentang atau jangkauan terapeutik yang relatif sempit dimana jika dosis yang diberikan tidak sesuai, baik kurang atau berlebih dapat menimbulkan dampak berupa morbiditas (kecacatan) bahkan mortalitas (kematian).

Umumnya, pasien yang melakukan medikasi dengan warfarin seringkali juga menerima pengobatan dengan menggunakan obat anti radang seperti Obat Anti-Inflamasi Non Steroids (OAINs) serta COX-2 inhibitor yang menurut beberapa penelitian, interaksi warfarin dengan kedua jenis obat anti inflamasi tersebut beresiko terhadap hemorrhage (perdarahan) pada saluran pencernaan atas. 

OAINs adalah obat yang digunakan dalam mengontrol nyeri atau inflamasi pada bagian otot dan rangka. Contoh dari beberapa OAINs adalah Ibuprofen, Naxopren, Meloxicam, Diclofenax, dan Ketorolac.  Perdarahan akibat interaksi OAINs dengan Warfarin disebabkan oleh efek antiplatelet (pengencer darah) dan berkurangnya perlindungan mukosa pada lambung. Fungsi trombosit pada saluran cerna menjadi terganggu, sehingga perdarahan yang terjadi tidak dapat dihentikan justru semakin bertambah parah.  OAINs juga menyebabkan peradangan pada selaput lendir yang melindungi perut sehingga semakin meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna pada pasien yang diobati dengan warfarin.

Sebagai saran, pasien yang mendapat terapi obat yang sekiranya dapat menyebabkan perdarahan harus mendapat edukasi untuk segera menghubungi dokter apabila merasakan gejala perdarahan seperti gusi berdarah, mimisan, feses berwarna hitam dan sakit perut. Bagi pasien yang memang harus melakukan pengobatan dengan menggunakan warfarin dan kombinasi dengan obat-obatan anti-inflamasi, sebaiknya jangan mengombinasikan warfarin dengan OAINs tetapi bisa diganti dengan menggunakan COX-2 inhibitor seperti Celecoxib, walaupun tidak menghilangkan resiko perdarahan. Akan tetapi, kombinasi antara Warfarin dengan COX-2 Inhibitor memiliki resiko perdarahan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan interaksi Warfarin dan OAINs karena COX-2 tidak berpengaruh terhadap agregasi platelet dan waktu perdarahan. 




Daftar Pustaka

Anthony P. Kent, et all. 2018. Concomitant Oral Anticoagulant and Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug Therapy in Patients With Atrial Fibrillation. Journal of The American College of Cardiology Vol. 72, No. 3. Published by Elsevier on Behalf of The American College of Cardiology Foundation.  

Kaiser Permanente, Downey. 2015. Gastrointestinal Safety on Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs and Selective Cyclooxygenase -2 Inhibitors in Patient on Warfarin. Article  in  Annals of Pharmacotherapy in ResearchGate

Kyung Hee Choi,  et all. 2010. Risk Factors of Drug Interaction between Warfarin and Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs in Practical Setting. J Korean Med Sci. 25: 337-41

Michael, Zelika Mega Ramadhania. 2017. Obat Penginduksi Perdarahan. Jurnal Farmaka Volume 15 Nomor 4 Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

Norisca A. Putri, dkk. 2012. Monitoring Terapi Warfarin pada Pasien Pelayanan Jantung pada Rumah Sakit di Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia  Volume 1, Nomor 3, September 2012

Nova Hasani Furdiyanti, I Dewa Putu Pramantara, Djoko Wahyono. 2014. Evaluasi Dosis Warfarin dan Hasil Terapinya Pada Pasien Rawat Jalan. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Volume 4 Nomor 3 - September 2014

Radhiyah Mardiyatam, Achmad Fauzi, Ari Fahrial Syam. 2015. Diagnosis dan Tata Laksana Enteropati Akibat Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS). Jurnal Penyakit Dalam Vol.2, No.3 Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia

Saleh, Edwyn. 2015. Perdarahan Post Operatif dari Ekstraksi Gigi. Suplemen Kuliah Komplikasi Ekstraksi Gigi PSPDG FKIK UMY

No comments:

Post a Comment

Get in Touch

Feel free to drop us a line to contact us
  • ContactOfficial Account
  • AddressJl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Gedung L2 Lt.3 Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor
  • Emailpnc.unpad@gmail.com

Pages