Bagaimana nih
liburannya kali ini? Dengan adanya libur panjang, sepertinya sobat PNC sudah mempunyai
agenda yang kalian persiapkan yaaa. Mungkin salah satunya ada yang berniat
untuk mendaki gunung kah?
Indonesia terkenal
dengan keindahan panorama gunungnya. membuat para pecinta alam dan petualangan
tidak akan melewatkannya. Peminatnya pun yang semakin banyak. Banyak para pengunjung
berbondong-bondong mendaki gunung setinggi-tingginya untuk menikmati keindahan
alamnya. Namun, untuk mendaki gunung ini tidaklah mudah sobat, perlu adanya
persiapan perlengkapan alat, pengalaman, latihan, kekuatan mental, fisik dan
pengetahuan yang cukup mengenai gunung yang akan didaki. Hal-hal tersebut perlu
dipikirkan dan dipersiapkan secara matang. Sayangnya, tidak sedikit juga
pendaki, apalagi yang masih baru, naik gunung tanpa melakukan persiapan yang
matang. Kurangnya persiapan dapat mengakibatkan masalah, salah satunya masalah
kesehatan yang dapat mengancam jiwa. Masalah kesehatan yang akan kami bahas
kali ini adalah tentang Altitude Illness atau Sindrom penyakit ditempat
Ketinggian.
Naah alangkah baiknya,
sobat PNC baca artikel kali ini. agar saat pendakian tidak perlu khawatir akan
timbulnya masalah kesehatan. Yuuuk simak bahasan artikel kali ini.
ALTITUDE ILLNESS (PENYAKIT DI KETINGGIAN)
Naah sobat PNC, pernah
ga sih saat naik gunung tiba-tiba merasa mual, sakit kepala seperti ada yang
mencengkram, pusing, sulit bernapas, lelah dan rasa ngantuk yang tidak wajar?
Eiiits,, walaupun sederhana jangan dianggap sepele gejala ini, bisa saja kamu
terkena altitude Illness.
Altitude illness atau
penyakit di tempat ketinggian merupakan suatu kondisi tidak normal pada tubuh,
terjadi pada orang yang berada pada ketinggian tertentu yang tekanan udara
sekitarnya rendah dengan kadar oksigen diudara berkurang, sehingga oksigen yang
masuk dan berada di dalam darah tidak cukup.
Altitude Illness biasa
terjadi pada para pendaki gunung yang mendaki terlalu cepat dan yang didaki nya
terlalu tinggi (melebihi kemampuan) ataupun bisa terjadi pada orang yang belum
terbiasa ditempat ketinggian, karena biasa hidup
didataran rendah. Hal ini terjadi karena kurangnya kadar oksigen didalam darah
yang membuat tubuh harus menyesuaikan diri dengan cara meningkatkan detak
jantung dan laju pernapasan menjadi lebih cepat. Namun, apabila pendakian
teralalu cepat, tubuh akan kesulitan beradaptasi sehingga, munculah sindrom penyakit
di ketinggian yang kita sebut altitude illness.
Ada tiga sindrom altitude
illness yaitu, Acute Mountain Sickness (AMS), High Altitude Pulmonal Edema
(HAPE), dan High Altitude Cerebral Edema (HACE). AMS merupakan kondisi awal
dari altitude illness, jika pendaki mengalami AMS yang tidak tertangani,
kondisi tubuh pendaki dapat memburuk menjadi HAPE atau HACE. Yuuk sekarang kita
bahas satu-satu.
Sebagaimana kita
ketahui, tidak sedikit gunung-gunung di Indonesia memiliki ketinggian diatas
2000 mdpl. Semakin tinggi gunung yang kita daki semakin tinggi pula tingkat
kepuasan yang kita alami. Benarkan sobat?? hehe. Tapi tetap ada yang perlu kita
waspadai saat berada ditempat ketinggian. Seperti munculnya sindrom Acute
Mountain Sickness (AMS) ini.
AMS biasa terjadi pada
orang yang mendaki gunung di ketinggian sekitar 2000 - 2500 mdpl. Apabila
gejala timbul di bawah ketinggian tersebut, bisa jadi itu merupakan kondisi
penyakit lain seperti dehidrasi atau penyakit karena lingkungan yang panas.
Jika kamu berada
diketinggian diatas 2000 mdpl dan kamu merasakan sakit kepala, kehilangan nafsu
makan, mual tanpa muntah, insomnia, kelelahan yang luar biasa, mungkin saja
kamu mengalami AMS. Munculnya gejala non-spesifik ini juga dapat disertai
kondisi lain, khususnya pada pendaki yang mengalami kecemasan. Keluhan-keluhan
tersebut dapat meningkat setelah 4-6 jam diketinggian, dan akan hilang setelah
1-3 hari jika pendaki berhenti melakukan pendakian dan beristirahat.
Pembengkakan perifer dapat terjadi, namun tidak ada gejala spesifik yang muncul
pada AMS, hanya bisa saja terjadi perburukan seperti adanya gangguan memori,
atau tidak mampu menjalani aktivitas yang normal yang muncul mengarah ke gejala
HACE atau HAPE jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
HACE biasanya muncul diawali dengan
keluhan AMS, namun tidak menutup kemungkinan tetap terjadinya HACE walaupun
tidak ada gejala AMS. HACE muncul karena adanya pembengkakan akibat kelebihan
cairan pada jaringan otak sehingga, dapat meningkatkan tekanan pada otak yang
menyebabkan kegagalan fungsi bahkan dapat menyebabkan kematian.
HACE dapat meningkat kejadiannya pada 48
jam setelah mencapai ketinggian diatas 2500 mdpl, biasanya sampai 4000 mdpl. Masalah
yang muncul pada HACE terdapat pada otaknya, sehingga gejala yang muncul yang
menyakut dengan tingkat kesadaran dan status mental orang tersebut. Biasanya
gejala seperti gangguan mental dini atau perubahan tingkah laku kurang
dipedulikan dan disadari oleh para pendaki maupun pendampingnya. Gejala utama
yang muncul berupa menurunnya kemampuan koordinasi dan gerakan otot, kesulitan
berjalan normal atau sulit berjalan lurus, sakit kepala berat yang tidak hilang
dengan istirahat atau obat-obatan, gangguan kesadaran. Jika sudah parah, dapat
terjadi perburukan menjadi kejang bahkan kearah koma dalam hitungan jam. Selain
itu dapat disertai demam, saturasi oksigen sangat rendah akibat diketinggian.
c. HAPE
(High Altitude Pulmonal Edema)
HAPE terjadi disebabkan karena adanya
pengumpulan cairan di rongga udara paru. Jika paru-paru terpenuhi oleh cairan,
maka penderita akan kesulitan untuk bernapas dan lama kelamaan akan
mengakibatkan kematian.
HAPE biasanya terjadi 2 - 4 hari setelah
seseorang berada pada ketinggian lebih dari 4000 mdpl atau biasanya dengan
pendakian yang cepat diatas 2500 mdpl. Jika penyakit HAPE muncul diketinggian
3000 mdpl biasanya ditemukan penyakit penyerta seperti gagal jantung kiri atau
emboli paru. HAPE juga dapat terjadi pada orang sehari-harinya tinggal
diketinggian kemudian pergi ke daerah dataran rendah selama lebih dari 2 minggu
lalu kembali kedaerah asalnya
Gejala awal yang muncul adalah napas
cepat dan pendek, dada terasa sesak dan berat, bisa disertai nyeri dada, sulit
bernapas saat istirahat, batuk kering, bisa juga batuk berdahak produktif dan
bewarna pink, badan lemas dan lelah, napas dan denyut nadi cepat
Gimana sobat PNC, sekarang sudah kenalkan
dengan sindrom altitude illness ini. Cukup mudah membedakan gejala yang timbul
dari AMS, HAPE dan HACE kan? Kalau sudah tau tanda dan gejala serta penyebabnya,
lalu bagaimana cara nya kita mencegah dan menangani altitude illness ini jika
menyerang? Ini dia yang harus kita lakukan!!
PENANGANAN ALTITUDE ILLNESS
PENANGANAN ALTITUDE ILLNESS
Saat kamu atau salah satu rekan-mu menunjukkan
suatu gejala keluhan, pertama yang kamu harus lakukan adalah menghentikan
pendakian. Biarkan penderita beristirahat sejenak sembari mengecek dan
memastikan kembali kondisinya. Diawal kamu bisa curiga terlebih dahulu bahwa
rekan mu mengalami altitude illness, untuk memastikan tingkat sindromnya kamu
bisa menggunakan scoring dari Lake Louise.
Keterangan
- Fatique : Kelelahan yang tidak biasa
- Anoreksia : tidak nafsu makan
- Ataxia : menurunnya koordinasi pergerakan
- Dispneu : sesak
- Kongesti : peningkatan / pembendungan darah
- Ronkhi dan wheezing : suara tidak normal pada paru-paru
- Sianosis : terjadi kebiruan
- Takipneu dan takikardi : Pernapasan dan nadi cepat
![]() |
Keterangan
- Fatique : Kelelahan yang tidak biasa
- Anoreksia : tidak nafsu makan
- Ataxia : menurunnya koordinasi pergerakan
- Dispneu : sesak
- Kongesti : peningkatan / pembendungan darah
- Ronkhi dan wheezing : suara tidak normal pada paru-paru
- Sianosis : terjadi kebiruan
- Takipneu dan takikardi : Pernapasan dan nadi cepat
Selanjutnya
kamu bisa memberikan pertolongan pertama dengan cara:
1. Anjurkan istirahat. Jika dengan
istirahat tidak membaik, segera turun ke ketinggian yang lebih rendah (kurang
lebih 300 meteran) dan tunggu adakah perubahan kondisi sebelum naik ke yang
lebih tinggi. Namun, jika sudah mengalami HAPE atau HACE lebih baik turun dan
tidak melanjutkan pendakian untuk menurunkan gejala
2. Tenangkan penderita jika mengalami panik atau cemas, karena dapat memperparah gejala.
3. Jika merasa sulit bernapas atau sesak
napas, berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi tetap normal, kamu bisa
menggunakan oksigen portabel seperti oxycan.
4. Pastiken penderita dalam keadaan hangat
tidak terpapar udara yang dingin.
5. Berikan penderita aspirin atau
acetaminophen (parasetamol) sesuai dosis yang direkomendasi untuk mengurangi
rasa sakit kepala (Jika penderita masih sadar dan dapat mengikuti perintah
serta tidak memiliki kontraindikasi)
6. Pertimbangkan untuk pemberian medikasi yang
sudah diresepkan oleh tenaga kesehatan berupa : Acetazolamide yang berfungsi
sebagai pencegahan dan penghambat Altitude Illness dan Dexamethasone efektif
sebagai pengobatan emergensi Altitude Illness. Ikuti sesuai dengan instruksi
dari label pengobatan
7. Jika ada dan kamu terlatih, berikan
penderita perawatan penyesuaian tekanan di ruang hiperbarik, sekarang ada jenis
ruang hiperbarik portable yang dapat digunakan secara darurat contohnya : Gamow bag. (bagi penderita yang
mengalami HAPE atau HACE)
8. Perlu dilakukan rujukan atau evakuasi
jika penderita mengalami HACE atau HAPE. Penderita AMS tidak perlu dilakukan
evakuasi, kecuali tanda dan gejala AMS tidak kunjung baik atau semakin
memburuk.
PENCEGAHAN ALTITUDE ILLNESS
Untuk mencegah dan meminimalisir
terjadinya Altitude Illness pendaki dapat melakukan aklimatisasi yang
baik. Aklimatisasi merupakan suatu proses penyesuaian tubuh terhadap kondisi
lingkungan rendah oksigen ditekanan udara yang rendah. Aklimatisasi yang baik
diperoleh dengan pendakian secara perlahan, sehingga memberikan kesempatan pada
tubuh kita untuk menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan ketinggian, tapi hal
itu membutuhkan waktu.
Selain itu, rekomendasi aklimatisasi lainnya yang dianjurkan sebelum pendakian adalah:
1. Pendakian yang
dilakukan lebih dari 3000 mdpl, dianjurkan untuk istirahat setiap ketinggian
300-600 meter setiap harinya. Dakilah perlahan-lahan untuk memberikan
kesempatan tubuhmu beradaptasi
2. “Climb High, Sleep Low”
dengan arti pendaki dapat mendaki lebih tinggi di siang hari dan beristirahat atau
tidur di ketinggian yang lebih rendahnya.
3. Hidrasi yang adekuat
kurang lebih sebanyak 3-4 liter per harinya untuk mencegah terjadinya dehidrasi
4. Diet tinggi
karbohidrat, kamu bisa membawa makanan atau cemilan yang tinggi karbohidrat.
Hindari merokok, alkohol dan obat-obatan antidepresi
5. Bila muncul keluhan selama
berada di ketinggian, sebaiknya tidak mendaki lebih tinggi lagi dan
istirahatlah. Bila keluhan semakin meningkat, dianjurkan untuk turun ketempat
yang lebih rendah.
Hmmm, cukup mudahkan sobat PNC, jika
memang ingin melakukan pendakian ke gunung yang sekiranya tinggi bahkan
melebihi 3000 mdpl, lakukan cek kesehatan terlebih dahulu ke pelayanan
kesehatan. Tidak lupa membawa perlengkapan dan peralatang serta obat-obatan pribadi
kalian, agar perjalanan dan petualangan kalian tetap seru tanpa adanya
gangguan.
Keep
Healthy, Happy trip and Enjoy your Holiday
Ditulis oleh :
Raissa Fatimah- PNC XI
Referensi
American Red Cross. 2014. Katalog
Artikel : Wilderness and Remote First Aid
Emergency Reference Guide. Akses url http://www.redcross.org/images/MEDIA_CustomProductCatalog/m49440095_WRFA_ERG_9781584806295.pdf 21 juni
2018
Aprilia, Lika Samiadi. 2018. Apa itu Altitude illness. Akses url https://hellosehat.com/penyakit/altitude-sickness-adalah/ 21 juni
2018
Ardianto Ferry, Said Junaidi , Sugiarto.
2015. PROFIL
DENYUT NADI DI KETINGGIAN YANG BERBEDA PADA PENDAKI GUNUNG MERBABU :
Journal of Sport Sciences and Fitness. Akses url http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=485323 21 juni
2018
Elvira, Dwitya. 2015. High Altitude Illness : Artikel Jurnal.
Akses url https://www.researchgate.net/publication/313714128_HIGH-ALTITUDE_ILLNESS 21 juni
2018
Emergency Nurses Association. 2018. Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy
: Edisi Indonesia Pertama, oleh Amelia Kurniati, Yanny Trisyani & Siwi
Ikaristi Maria Theresia. Elsevier: Singapura
Gallagher Scott A, MD dan Peter Hackett,
MD. 2018. Literatur review jurnal : Patient education: High altitude illness (including mountain sickness)
(Beyond the Basics). Akses url https://www.uptodate.com/contents/high-altitude-illness-including-mountain-sickness-beyond-the-basics#H1 21 juni 2018
Sang Petualang Indonesia. 2016. Apa Itu Altitude Sickness atau Acute
Mountain Sickness?. Akses url https://www.sangpetualang.com/2016/11/apa-itu-altitude-sickness-atau-acute-mountain-sickness.html 21 juni
2018
No comments:
Post a Comment