BAHAYA PENDAKIAN: SINDROM PENYAKIT GUNUNG !!




Hallooo Sobat PNC...

Bagaimana nih liburannya kali ini? Dengan adanya libur panjang, sepertinya sobat PNC sudah mempunyai agenda yang kalian persiapkan yaaa. Mungkin salah satunya ada yang berniat untuk mendaki gunung kah?


Indonesia terkenal dengan keindahan panorama gunungnya. membuat para pecinta alam dan petualangan tidak akan melewatkannya. Peminatnya pun yang semakin banyak. Banyak para pengunjung berbondong-bondong mendaki gunung setinggi-tingginya untuk menikmati keindahan alamnya. Namun, untuk mendaki gunung ini tidaklah mudah sobat, perlu adanya persiapan perlengkapan alat, pengalaman, latihan, kekuatan mental, fisik dan pengetahuan yang cukup mengenai gunung yang akan didaki. Hal-hal tersebut perlu dipikirkan dan dipersiapkan secara matang. Sayangnya, tidak sedikit juga pendaki, apalagi yang masih baru, naik gunung tanpa melakukan persiapan yang matang. Kurangnya persiapan dapat mengakibatkan masalah, salah satunya masalah kesehatan yang dapat mengancam jiwa. Masalah kesehatan yang akan kami bahas kali ini adalah tentang Altitude Illness atau Sindrom penyakit ditempat Ketinggian.

Naah alangkah baiknya, sobat PNC baca artikel kali ini. agar saat pendakian tidak perlu khawatir akan timbulnya masalah kesehatan. Yuuuk simak bahasan artikel kali ini.

ALTITUDE ILLNESS (PENYAKIT DI KETINGGIAN)



Naah sobat PNC, pernah ga sih saat naik gunung tiba-tiba merasa mual, sakit kepala seperti ada yang mencengkram, pusing, sulit bernapas, lelah dan rasa ngantuk yang tidak wajar? Eiiits,, walaupun sederhana jangan dianggap sepele gejala ini, bisa saja kamu terkena altitude Illness.
Altitude illness atau penyakit di tempat ketinggian merupakan suatu kondisi tidak normal pada tubuh, terjadi pada orang yang berada pada ketinggian tertentu yang tekanan udara sekitarnya rendah dengan kadar oksigen diudara berkurang, sehingga oksigen yang masuk dan berada di dalam darah tidak cukup.
Altitude Illness biasa terjadi pada para pendaki gunung yang mendaki terlalu cepat dan yang didaki nya terlalu tinggi (melebihi kemampuan) ataupun bisa terjadi pada orang yang belum terbiasa ditempat ketinggian, karena biasa hidup didataran rendah. Hal ini terjadi karena kurangnya kadar oksigen didalam darah yang membuat tubuh harus menyesuaikan diri dengan cara meningkatkan detak jantung dan laju pernapasan menjadi lebih cepat. Namun, apabila pendakian teralalu cepat, tubuh akan kesulitan beradaptasi sehingga, munculah sindrom penyakit di ketinggian yang kita sebut altitude illness.
Ada tiga sindrom altitude illness yaitu, Acute Mountain Sickness (AMS), High Altitude Pulmonal Edema (HAPE), dan High Altitude Cerebral Edema (HACE). AMS merupakan kondisi awal dari altitude illness, jika pendaki mengalami AMS yang tidak tertangani, kondisi tubuh pendaki dapat memburuk menjadi HAPE atau HACE. Yuuk sekarang kita bahas satu-satu. 
a. AMS (Acute Mountain Sickness)



Sebagaimana kita ketahui, tidak sedikit gunung-gunung di Indonesia memiliki ketinggian diatas 2000 mdpl. Semakin tinggi gunung yang kita daki semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang kita alami. Benarkan sobat?? hehe. Tapi tetap ada yang perlu kita waspadai saat berada ditempat ketinggian. Seperti munculnya sindrom Acute Mountain Sickness (AMS) ini.
AMS biasa terjadi pada orang yang mendaki gunung di ketinggian sekitar 2000 - 2500 mdpl. Apabila gejala timbul di bawah ketinggian tersebut, bisa jadi itu merupakan kondisi penyakit lain seperti dehidrasi atau penyakit karena lingkungan yang panas.
Jika kamu berada diketinggian diatas 2000 mdpl dan kamu merasakan sakit kepala, kehilangan nafsu makan, mual tanpa muntah, insomnia, kelelahan yang luar biasa, mungkin saja kamu mengalami AMS. Munculnya gejala non-spesifik ini juga dapat disertai kondisi lain, khususnya pada pendaki yang mengalami kecemasan. Keluhan-keluhan tersebut dapat meningkat setelah 4-6 jam diketinggian, dan akan hilang setelah 1-3 hari jika pendaki berhenti melakukan pendakian dan beristirahat. Pembengkakan perifer dapat terjadi, namun tidak ada gejala spesifik yang muncul pada AMS, hanya bisa saja terjadi perburukan seperti adanya gangguan memori, atau tidak mampu menjalani aktivitas yang normal yang muncul mengarah ke gejala HACE atau HAPE jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
b. HACE (High Altitude Cerebral Edema)


HACE biasanya muncul diawali dengan keluhan AMS, namun tidak menutup kemungkinan tetap terjadinya HACE walaupun tidak ada gejala AMS. HACE muncul karena adanya pembengkakan akibat kelebihan cairan pada jaringan otak sehingga, dapat meningkatkan tekanan pada otak yang menyebabkan kegagalan fungsi bahkan dapat menyebabkan kematian.
HACE dapat meningkat kejadiannya pada 48 jam setelah mencapai ketinggian diatas 2500 mdpl, biasanya sampai 4000 mdpl. Masalah yang muncul pada HACE terdapat pada otaknya, sehingga gejala yang muncul yang menyakut dengan tingkat kesadaran dan status mental orang tersebut. Biasanya gejala seperti gangguan mental dini atau perubahan tingkah laku kurang dipedulikan dan disadari oleh para pendaki maupun pendampingnya. Gejala utama yang muncul berupa menurunnya kemampuan koordinasi dan gerakan otot, kesulitan berjalan normal atau sulit berjalan lurus, sakit kepala berat yang tidak hilang dengan istirahat atau obat-obatan, gangguan kesadaran. Jika sudah parah, dapat terjadi perburukan menjadi kejang bahkan kearah koma dalam hitungan jam. Selain itu dapat disertai demam, saturasi oksigen sangat rendah akibat diketinggian.
c. HAPE (High Altitude Pulmonal Edema)
HAPE terjadi disebabkan karena adanya pengumpulan cairan di rongga udara paru. Jika paru-paru terpenuhi oleh cairan, maka penderita akan kesulitan untuk bernapas dan lama kelamaan akan mengakibatkan kematian.
HAPE biasanya terjadi 2 - 4 hari setelah seseorang berada pada ketinggian lebih dari 4000 mdpl atau biasanya dengan pendakian yang cepat diatas 2500 mdpl. Jika penyakit HAPE muncul diketinggian 3000 mdpl biasanya ditemukan penyakit penyerta seperti gagal jantung kiri atau emboli paru. HAPE juga dapat terjadi pada orang sehari-harinya tinggal diketinggian kemudian pergi ke daerah dataran rendah selama lebih dari 2 minggu lalu kembali kedaerah asalnya
Gejala awal yang muncul adalah napas cepat dan pendek, dada terasa sesak dan berat, bisa disertai nyeri dada, sulit bernapas saat istirahat, batuk kering, bisa juga batuk berdahak produktif dan bewarna pink, badan lemas dan lelah, napas dan denyut nadi cepat
Gimana sobat PNC, sekarang sudah kenalkan dengan sindrom altitude illness ini. Cukup mudah membedakan gejala yang timbul dari AMS, HAPE dan HACE kan? Kalau sudah tau tanda dan gejala serta penyebabnya, lalu bagaimana cara nya kita mencegah dan menangani altitude illness ini jika menyerang? Ini dia yang harus kita lakukan!!


PENANGANAN ALTITUDE ILLNESS




Saat kamu atau salah satu rekan-mu menunjukkan suatu gejala keluhan, pertama yang kamu harus lakukan adalah menghentikan pendakian. Biarkan penderita beristirahat sejenak sembari mengecek dan memastikan kembali kondisinya. Diawal kamu bisa curiga terlebih dahulu bahwa rekan mu mengalami altitude illness, untuk memastikan tingkat sindromnya kamu bisa menggunakan scoring dari Lake Louise.    
                                              



























Keterangan 
Fatique : Kelelahan yang tidak biasa
- Anoreksia : tidak nafsu makan
- Ataxia : menurunnya koordinasi pergerakan
- Dispneu : sesak
- Kongesti : peningkatan  / pembendungan darah
- Ronkhi dan wheezing : suara tidak normal pada paru-paru
- Sianosis : terjadi kebiruan 
- Takipneu dan takikardi : Pernapasan dan nadi cepat


Selanjutnya kamu bisa memberikan pertolongan pertama dengan cara:

1.  Anjurkan istirahat. Jika dengan istirahat tidak membaik, segera turun ke ketinggian yang lebih rendah (kurang lebih 300 meteran) dan tunggu adakah perubahan kondisi sebelum naik ke yang lebih tinggi. Namun, jika sudah mengalami HAPE atau HACE lebih baik turun dan tidak melanjutkan pendakian untuk menurunkan gejala
2.    Tenangkan penderita jika mengalami panik atau cemas, karena dapat memperparah gejala.
3.  Jika merasa sulit bernapas atau sesak napas, berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi tetap normal, kamu bisa menggunakan oksigen portabel seperti oxycan.
4.    Pastiken penderita dalam keadaan hangat tidak terpapar udara yang dingin.
5.  Berikan penderita aspirin atau acetaminophen (parasetamol) sesuai dosis yang direkomendasi untuk mengurangi rasa sakit kepala (Jika penderita masih sadar dan dapat mengikuti perintah serta tidak memiliki kontraindikasi)
6.    Pertimbangkan untuk pemberian medikasi yang sudah diresepkan oleh tenaga kesehatan berupa : Acetazolamide yang berfungsi sebagai pencegahan dan penghambat Altitude Illness dan Dexamethasone efektif sebagai pengobatan emergensi Altitude Illness. Ikuti sesuai dengan instruksi dari label pengobatan
7.  Jika ada dan kamu terlatih, berikan penderita perawatan penyesuaian tekanan di ruang hiperbarik, sekarang ada jenis ruang hiperbarik portable yang dapat digunakan secara darurat contohnya : Gamow bag. (bagi penderita yang mengalami HAPE atau HACE)
8.     Perlu dilakukan rujukan atau evakuasi jika penderita mengalami HACE atau HAPE. Penderita AMS tidak perlu dilakukan evakuasi, kecuali tanda dan gejala AMS tidak kunjung baik atau semakin memburuk.


PENCEGAHAN ALTITUDE ILLNESS 


Untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya Altitude Illness pendaki dapat melakukan aklimatisasi yang baik. Aklimatisasi merupakan suatu proses penyesuaian tubuh terhadap kondisi lingkungan rendah oksigen ditekanan udara yang rendah. Aklimatisasi yang baik diperoleh dengan pendakian secara perlahan, sehingga memberikan kesempatan pada tubuh kita untuk menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan ketinggian, tapi hal itu membutuhkan waktu.

Selain itu, rekomendasi aklimatisasi lainnya yang dianjurkan sebelum pendakian adalah:
1.  Pendakian yang dilakukan lebih dari 3000 mdpl, dianjurkan untuk istirahat setiap ketinggian 300-600 meter setiap harinya. Dakilah perlahan-lahan untuk memberikan kesempatan tubuhmu beradaptasi
2. “Climb High, Sleep Low” dengan arti pendaki dapat mendaki lebih tinggi di siang hari dan beristirahat atau tidur di ketinggian yang lebih rendahnya.
3.  Hidrasi yang adekuat kurang lebih sebanyak 3-4 liter per harinya untuk mencegah terjadinya dehidrasi
4.   Diet tinggi karbohidrat, kamu bisa membawa makanan atau cemilan yang tinggi karbohidrat. Hindari merokok, alkohol dan obat-obatan antidepresi
5.    Bila muncul keluhan selama berada di ketinggian, sebaiknya tidak mendaki lebih tinggi lagi dan istirahatlah. Bila keluhan semakin meningkat, dianjurkan untuk turun ketempat yang lebih rendah.

Hmmm, cukup mudahkan sobat PNC, jika memang ingin melakukan pendakian ke gunung yang sekiranya tinggi bahkan melebihi 3000 mdpl, lakukan cek kesehatan terlebih dahulu ke pelayanan kesehatan. Tidak lupa membawa perlengkapan dan peralatang serta obat-obatan pribadi kalian, agar perjalanan dan petualangan kalian tetap seru tanpa adanya gangguan.

Keep Healthy, Happy trip and Enjoy your Holiday


Ditulis oleh :

Raissa Fatimah- PNC XI



Referensi

American Red Cross. 2014. Katalog Artikel : Wilderness and Remote First Aid Emergency Reference Guide. Akses url http://www.redcross.org/images/MEDIA_CustomProductCatalog/m49440095_WRFA_ERG_9781584806295.pdf 21 juni 2018
Aprilia, Lika Samiadi. 2018. Apa itu Altitude illness. Akses url https://hellosehat.com/penyakit/altitude-sickness-adalah/ 21 juni 2018
Ardianto Ferry, Said Junaidi , Sugiarto. 2015. PROFIL DENYUT NADI DI KETINGGIAN YANG BERBEDA PADA PENDAKI GUNUNG MERBABU : Journal of Sport Sciences and Fitness. Akses url http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=485323 21 juni 2018
Elvira, Dwitya. 2015. High Altitude Illness : Artikel Jurnal. Akses url https://www.researchgate.net/publication/313714128_HIGH-ALTITUDE_ILLNESS 21 juni 2018
Emergency Nurses Association. 2018. Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy : Edisi Indonesia Pertama, oleh Amelia Kurniati, Yanny Trisyani & Siwi Ikaristi Maria Theresia. Elsevier: Singapura
Gallagher Scott A, MD dan Peter Hackett, MD. 2018. Literatur review jurnal : Patient education: High altitude illness (including mountain sickness) (Beyond the Basics). Akses url https://www.uptodate.com/contents/high-altitude-illness-including-mountain-sickness-beyond-the-basics#H1 21 juni 2018
Sang Petualang Indonesia. 2016. Apa Itu Altitude Sickness atau Acute Mountain Sickness?. Akses url https://www.sangpetualang.com/2016/11/apa-itu-altitude-sickness-atau-acute-mountain-sickness.html 21 juni 2018

No comments:

Post a Comment

Get in Touch

Feel free to drop us a line to contact us
  • ContactOfficial Account
  • AddressJl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Gedung L2 Lt.3 Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor
  • Emailpnc.unpad@gmail.com

Pages