Siapkah Kita Menghadapi Bencana ?




Seberapa Sering Indonesia dilanda bencana? Berapa Banyak korban jiwa yang ditelan dari bencana yang terjadi di Indonesia? Apa yang sudah Anda siapkan untuk menghadapi bencana?? 
Bencana merupakan suatu peristiwa yang sulit diprediksi, namun kita bisa mengurangi dampak yang timbul akibat bencana dengan kegiatan kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan bencana dalam Keluarga berperan dalam memberikan informasi tentang bencana kepada keluarga, melatih anggota keluarga untuk menghadapi bencana, serta melakukan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat saat bencana terjadi 
Jika berbicara tentang bencana yang terjadi di Indonesia, akan banyak pembahasan terkait bencana yang terjadi di Negara ini. BNPB menyebutkan bahwa Negara Indonesia sangat retan mengalami bencana alam. Jika dilihat dari letak geografisnya, Indonesia dilewati oleh sabuk gunung api dunia, serta dikelilingi oleh 4 lempeng tektonik, sehingga retan mengalami bencana seperti tsunami, longsor, gunung meletus, serta gempa bumi. Resiko bencana yang lainnya juga mengancam Negara Indonesia. Kondisi dataran dan keadaan hidrometeologis Indonesia yang unik, membuat Indonesia juga rentan mengalami bencana seperti banjir, logsor, kebakaran hutan, dan kekeringan. Selain itu, uniknya masyarakat Indonesia yang mempunyai berbagai suku bangsa, bahasa dan budaya, bisa merupakan salah satu faktor terjadinya konflik antar masyarakat (BNPB, 2016).   
Dari hasil laporan Annual Disaster Statistical Review (ADSR) 2015, Negara Indonesia termasuk ke dalam salah satu dari lima Negara di Benua Asia yang paling sering mengalami bencana (Guha-sapir, Hoyois, & Below, 2011). Menurut ADSR telah terjadi 1.338 bencana pada tahun 2016 di Indonesia. Bencana-bencana tersebut dapat menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Sebanyak 885 orang meninggal dunia, 3.922 orang luka berat, dan 41.034 orangmengalami luka ringan (Didik Budijanto et al., 2017). Selain menyebabkan jatuhnya korban jiwa, bencana dapat menyebabkan dampak lain seperti gangguan kestabilan lingkungan, kerugian ekonomi serta gangguan psikologis yang bisa berdampak pada masyarakat. Undang- Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana).  
Bencana merupakan hal yang yang patut diwaspadai. Meskipun bencana memang sulit untuk diprediksi kapan akan terjadi, namun kita bisa mengurangi dampak yang mungkin timbul akibat bencana dengan mengetahui keretanan dan bahaya yang ada pada lingkungan serta melakukan kesiapsiagaan bencana. Kesiapsiagaan merupakan salah satu kegiatan penanggulangan bencana yang berada pada tahap pra-bencana. Kesiapsiagaan bencana harus dilakukan mulai dari tingakatan keluarga, karena keluarga adalah unit terkecil dari sebuah komunitas. Peran penanggung jawab kesiapsiagaan bencana dalam keluarga, bisa dilakukan oleh kepala keluarga, dalam peran tersebut, kepala keluarga berperan dalam memberikan informasi tetang bencana kepada keluarga, melatih anggota keluarga untuk mengahapi bencana, serta melakukan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat saat bencana terjadi dalam keluarganya.  
Berikut ini adalah uraian hal yang harus dipahami oleh kepala keluarga atau anggota keluarga dalam melakukan kesiapsiagaan bencana :

1.       Mengetahui anggota keluarga yang mengalami kerentanan tinggi

Saat kondisi bencana, setiap orang akan dihadapkan dengan kondisi terdesak. Keadaan tersebut akan sangat berdampak pada anggota keluarga yang memliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut bisa merupakan keterbatasan fisik dan keterbatasan psikologis. Pada orang-orang yang memiliki keterbatasan tersebut, proses evakuasi dan penyelamatan menjadi penting (Ehreinrich. 2001). Jika anggota keluarga Anda termasuk dalam salah satu kriteria berikut ini, maka Anda perlu membangun kesiapsiagaan secara lebih optimal kepada keluarga (PP RI No.21 Pasal 1 Nomor 15) : 
a.  Anak-anak (bayi atau balita)  
Kelompok bayi dan balita membutuhkan perhatian khusus jika terjadi bencana. Bayi dan balita belum memiliki kemandirian untuk menghadapi bencana, dampak psikologis dari bencana yang cukup dasyat bisa menyebabkan trauma yang berkepanjangan sampai anak dewasa.
b. Ibu yang sedang hamil atau menyususi  
Ibu yang sedang hamil dan menyusui merupakan salah satu kelompok yang akan mungkin mendapatkan dampak yang cukup besar saat terjadi bencana. Pada wanita hamil, dengan keterbatasan yang dimilikinya, fokus penyelamatan adalah menjadi dua orang nyawa, bukan hanya memperhatikan ibu yang sedang hamil saja.
c. Anggota keluarga dengan keadaan disabilitas/ mengalami kecacatan.  
Keadaan disabilitas, membuat orang akan sulit saat harus mengevakuasi dirinya sendiri pada saat terjadi bencana. 
d. Lansia  
Seiring berjalannya waktu, kondisi usia lanjut akan menyebabkan penurunan sistem tubuh. Selain rentan terkena penyakit degeneratif, dan mengalami keterbatasan dalam mobilisasi, kebanyakan lansia juga mengalami penurunan fungsi ingatan dan ketidakstabilan kondisi emosional. 
 e. Anggota keluarga yang sedang mengalami sakit.  
Kondisi sakit pada seseorang bisa menyebabkan penurunan fungsi fisik seseorang, bahkan kondisi psikologis seseorang. Anggota keluarga yang sedang sakit, terutama sakit parah, sangat perlu diperhatikan karena mereka mungkin saja belum mampu untuk menolong dirinya sendiri, sampai kondisnya benar-benar pulih.

2.       Apa saja kemampuan yang harus dimiliki oleh keluarga
Ketika menghadapi bencana, tentunya diam bukanlah pilihan yang terbaik. Kemampuan dalam kesiapsiagaan bencana perlu dimiliki oleh masing-masing keluarga dalam menghadapi bencana. Seperti yang dinyatakan oleh LIPI-UNESCO/ISDR pada tahun 2006, individu dan rumah tangga adalah stakeholders utama dalam kesiapsiagaan masyarakat, karena merupakan ujung tombak, subjek dan objek dari kesiapsiagaan sebab berpengaruh langsung terhadap resiko bencana. Kemampuan yang harus dimiliki kepalakeluarga sebagai wujud dari kesiapsiagaan adalah mempunyai pengetahuan dan sikap terhadap bencana seperti keterampilan pertolongan pertama, menggerakkan anggota keluarga untuk mengikuti latihan dan keterampilan evakuasi, menyiapkan kebutuhan makanan dan tahan lama, menyiapkan kotak P3K dirumah (LIPI, 2006). Berikut ini adalah uraian kemampuan yang harus dimiliki oleh anggota keluarga/ lingkungan rumah tangga sebagai stakeholders utama dalam kesiapsiagaan masyarakat dalam menanggapi risiko bencana (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006): 
a. Pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana  
Yang dimaksud dalam poin ini ialah, pengetahuan terkait bencana-bencana yang sering terjadi di daerahnya. Spesifiknya, hal-hal yang harus dipahami terkait bencana tersebut ialah, di mana titik lokasi bencana tersebut sering terjadi, dari mana sumber bencana tersebut berasal, dan seberapa besar intensitas bahaya yang ditimbulkan oleh bencana tersebut. Selain memahami lebih jelas mengenai bencana- bencana yang menghadang, anggota keluarga juga perlu untuk mengetahui karakteristik bangunan (bentuk dan fondasi) yang ia tempati dan karakteristik bangunan seperti apa yang dapat ia jadikan sebagai tempat berlindung dari bencana yang terjadi. Sehingga, jika keluarga sudah memiliki dan memahami pengetahuan terkait hal-hal tersebut, diharapkan akan terbentuk sikap kesiapsiagaan ketika ada bencana yang menghadang.

b. Kebijakan Keluarga untuk Kesiapsiagaan  
Kebijakan keluarga untuk kesiapsiagaan, merujuk pada hasil kesepakatan dari masing-masing anggota keluarga dalam bertindak ketika bencana. Kebijakan tersebut dapat berupa tempat evakuasi yang harus didatangi untuk berlindung ketika bencana datang. Selain tempat, keluarga juga perlu berpartisipasi untuk melakukan suatu simulasi kebencanan. 
c.  Rencana Tanggap Darurat  
Dalam rencana tanggap darurat ini, terdapat tujuh rencana yang sudah harus dipertimbangkan :
  1. Rencana keluarga untuk merespon keadaan darurat: adanya rencana penyelamatan keluarga (siapa melakukan apa) bila terjadi kondisi darurat.
  2. Rencana evakuasi meliputi tersedianya peta, tempat jalur evakuasi keluarga, tempat berkumpulkan keluarga saat bencana ; adanya kerabat/keluarga/teman yang menyediakan tempat pengungsian sementara dalam keadaan darurat 
  3.  Pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan keamanan.    
  • Tersedianya    kotak    P3K    atau    obat-obatan    penting    untuk pertolongan pertama keluarga  
  • Adanya rencana untuk penyelamatan dan keselamatan keluarga 
  • Adanya anggota keluarga yang mengikuti pelatihan pertolongan pertama  
  •  Adanya akses untuk merespon keadaan darurat
                4. Pemenuhan kebutuhan dasar
                        5.   Peralatan dan perlengkapan
                        6.  Fasilitas-fasilitas penting yang memiliki akses dengan bencana
                        7. Latihan dan simulasi/gladi

        d. Sistem Peringatan Bencana   

Ketika bencana terjadi, diperlukan peringatan yang disampaikan kepada seluruh anggota keluarga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kepala keluarga dapat melakukan peringatan bencana, seperti, ketika mendengar peringatan dari kepala desa maupun ketua RT, kepala keluarga dapat meneruskan peringatan bencana tersebut kepada anggota keluarganya dan menginstruksikan untuk berlindung dan menyelamatkan diri. 
e. Meningkatkan Sumber Daya Keluarga 
  1. Melibatkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam seminar/pertemuan/pelatihan terkait kesiapsiagaan bencana.
  2. Meningkatkan     keterampilan     anggota    keluarga     yang    berkaitan     dengan kesiapsiagaan terhadap bencana
  3.   Mempersiapkan tabungan untuk kondisi bencana
  4. Membentuk kesepakatan keluarga untuk melakukan latihan simulasi dan memantau tas siaga bencana secara regular

3.       Melakukan persiapan logistitik 

Selain mengetahui siapa saja anggota keluarga yang rentan terkena bencana dan melakukan peningkatan kompetensi keluarga dalam menghadapi bencana, keluarga juga perlu untuk mempersiapkan barang-barang yang bisa dibawa saat bencana terjadi agar bisa bertahan hidup. Keluarga perlu mempersiapkan persediaan makanan yang cukup untuk 3 hari. Persediaan tersebut sebaiknya dimasukan kedalam plastik, kemudian dimasukan ke dalam tas ransel, yang dilapisi rain cover agar barang-barang yang akan dibawa tidak terkena oleh air. Tas tersebut dapat disebut dengan tas siaga bencana (KOGAMI, 2007). Adapun isi dari tas siaga bencana diuraikan sebagai berikut:
1)  Persedian makanan
Sediakan makanan secukupnya untuk persediaan 3 hari seperti roti, nasi makanan ringan, makanan instan yang tahan lama, makanan kaleng dan air mineral. Lakukan pengecekan terhadap air minun dan makananan cadangan setiap tiga bulan sekali. Gantilah air minum dengan yang baru saat dilakukan pengecekan. 
2)  Selimut dan pakaian cadangan 
Siapkan selimut dan pakaian (kaos, jaket, celana, sarung, dll) untuk tiap anggota keluarga, agar pada saat terjadi bencana persediaan tersebut bisa menjaga Anda dari kondisi hipotermi 
3)  Peralatan P3K dan obat-obatan 
4)  Dokumen penting 
Jangan lupa untuk membawa dokumen-dokumen penting seperti ktp, kartu keluarga, akte kelahiran, ijazah, tabungan dll 
5)  Alat komunikasi seperti telepon seluler dan radio 
Disarankan untuk membawa alat telekomunikasi berupa radio, karena sinyal radio relatif stabil saat kejadian bencana terjadi. Selain itu, dalam keadaan bencana, sumber iformasi bisa didapatkan dari radio. 
6)  Perlengkapan tambahan 
Jika Anda mempunyai anggota keluarga yang termasuk kelompok rentan (wanita hamil, lansia, anak-anak, orang dengan disabilitas), jangan lupa untuk mempersiapkan perlengkapan khusus yang dibutuhkan oleh mereka. 
Dari penjelasan tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana pada tingkat keluarga, dan mengetahui kompetensi serta persiapan yang harus dimiliki oleh keluarga, diharapkan keluarga benar-benar menyadari akan pentingnya kesiapsiagaan bencana untuk melakukan pencegahan dan penyelamatan korban yang terintegrasi sedini mungkin. Kesadaran ini diharapkan dapat bertumbuh mulai dari kesatuan terkecil di dalam komunitas, yaitu keluarga.

“Are you ready for Disaster?”




REFERENSI  


Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2016. Definisi dan Jenis Bencana. Akses tanggal 15 Oktober 2017. Dapat diakses di https://www.bnpb.go.id/home/definisi.
BNPB. (2016). Potensi dan Ancaman Bencana. Retrieved October 8, 2017, from Badan Nasional Penanggulangan Bencana: https://www.bnpb.go.id/home/potensi
Didik Budijanto, drh, Hardhana, B., Yudianto, M., drg Titi Soenardi, Ms., Dalam Negeri, K., Pusat Statistik, B., … Konsil Kedokteran Indonesia, S. (2017). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016, 100. Retrieved from http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016 - smaller size - web.pdf
Effendi, Mukhtar Harahap, Muslich Lufti dan Abdul Muthalib. 2015. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Tahun 2011. Jurnal Ilmiah Keperawatan volume 1 No 1, Februari 2015. Diakses melalui http://jurnal.kampusimelda.ac.id/index.php/jikia/article/view/36/29.
Ehreinreich, J. (2001). Coping With Disasters : A Guidebook To Psychosocial Intervention. Diakses Dari http://www.toolkitsportdevelopment.org Tanggal 23 Oktober 2017 Pukul 02.00 WIB
Guha-sapir, D., Hoyois, P., & Below, R. (2011). Annual Disaster Statistical Review 2010: The numbers and trends. Review Literature And Arts Of The Americas, 1–50. https://doi.org/10.1093/rof/rfs003

Hidayati, D., Permana, H., Pribadi, K., Koen, F. I., Meyers, K., Ngadi, & Handayani, T. (2006). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta: Lipi-Unesco/Isdr.

KOGAMI. (2007). Pedoman Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami. Jakarta: Ikreasi.


PP RI No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Diakses dari http://www.gitews.org tanggal 14 Oktober 2017 pukul 22.31 WIB.


Susilawati, N., & Prihatiningsih, D. (2015). Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Anggota Keluarga dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi di Dusun Soronanggan Panjangrejo Pundong Bantul. Diakses dari http://digilib.unisayogya.ac.id/133/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.


No comments:

Post a Comment

Get in Touch

Feel free to drop us a line to contact us
  • ContactOfficial Account
  • AddressJl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Gedung L2 Lt.3 Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor
  • Emailpnc.unpad@gmail.com

Pages